Laman

Minggu, 18 Mei 2014

Mekanisme Ketahanan Terinduksi

KETAHANAN TERINDUKSI
SYTEMIC ACQUIRED RESISTANCE (SAR) DAN INDUCED SYSTEMIC RESISTANCE (ISR)

Oleh :
Yulia Rahmawati, Utik Windari, Rachmad Saputra

Pasca Sarjana Fitopatologi
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada


Tanaman akan mempertahankan diri terhadap serangan patogen. Pertahanan tanaman dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Ketahanan tanaman terinduksi adalah fenomena dimana terjadi peningkatan ketahanan tanaman terhadap infeksi oleh patogen setelah terjadi rangsangan. Ketahanan ini merupakan perlindungan tanaman bukan untuk mengeliminasi patogen tetapi lebih pada aktivitas dari mekanisme pertahanan tanaman. Ketahanan terinduksi dikategorikan sebagai perlindungan secara biologi pada tanaman dimana tanaman adalah target metode ini bukan patogennya. Induksi resistensi atau imunisasi atau resistensi buatan adalah suatu proses stimulasi resistensi tanaman inang tanpa introduksi gen-gen baru. Induksi resistensi menyebabkan kondisi fisiologis yang mengatur sistem ketahanan menjadi aktif dan atau menstimulasi mekanisme resistensi alami yang dimiliki oleh inang.

Pengendalian Patogen dengan EVASI (AVOIDAN)

PENGENDALIAN YANG MENGALIHKAN PATOGEN DARI INANGNYA MELALUI EVASI ATAU PENGHINDARAN PATOGEN (AVOIDAN)

Oleh :
Rachmad SaputraSekar Utami Putri, Astuti Puji Rahayu

Pasca Sarjana Fitopatologi
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada



PENDAHULUAN
 Pengendalian penyakit tumbuhan dilakukan bertujuan untuk melindungi tanaman atau mengurangi tingkat kerusakan tanaman. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada dasarnya adalah pengelolaan segitiga penyakit, yaitu menekan populasi patogen serendah-rendahnya, membuat tanaman tahan terhadap serangan patogen, serta mengusahakan lingkungan agar menguntungkan tanaman tetapi tidak menguntungkan kehidupan patogen.

Ganoderma, Iklim dan Kejadian EID

Ganoderma boninense PENYEBAB PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEJADIAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

Rachmad Saputra

Program Studi Magister Fitopatologi
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada


PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang penting di Indonesia sebagai penghasil minyak nabati beserta beberapa produk turunan lainnya. Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri andalan yang menghasilkan devisa bagi negara. Disamping itu, krisis energi yang melanda dunia mengharuskan kita untuk mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable energy). Potensi minyak kelapa sawit sebagai salah satu bahan baku biofuel menggantikan bahan bakar minyak bumi atau fosil membuat permintaan akan minyak kelapa sawit dunia semakin tinggi. Sejak tahun 2007, Indonesia merupakan produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia, dengan rata-rata produktivitas 2,6 ton CPO/ ha/ tahun (Dahuri 2008).

Patogen Manusia pada Tumbuhan


WABAH HAEMOLYTIC URAEMIC SYNDROME (HUS) YANG DISEBABKAN OLEH Escherichia coli O104 : H4 PADA KECAMBAH DI JERMAN

Rachmad Saputra

Program Studi Magister Fitopatologi
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada


PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan. Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan  oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara. Seringkali diberitakan terjadinya keracunan pangan akibat mengkonsumsi hidangan pesta, makanan jajanan, makanan catering, bahkan pangan segar. Terdapat tiga faktor kunci yang umumnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat bakteri, yaitu kontaminasi (bakteri patogen harus ada dalam pangan); pertumbuhan (dalam beberapa kasus, bakteri patogen harus memiliki kesempatan untuk berkembang biak dalam pangan untuk menghasilkan toksin atau dosis infeksi yang cukup untuk menimbulkan penyakit); daya hidup (jika berada pada kadar yang membahayakan, bakteri patogen harus dapat bertahan hidup dalam pangan selama penyimpanan dan pengolahannya) (Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM RI, 2011).

Yang dinanti2..

Alhamdulillah... Setelah sekian lama dinanti... akhirnya keluar juga... mengobati kelelahan sore ini setelah jogging... hehe... semoga semester selanjutnya lebih baik lagi... ^_^



 @rachputra

Sabtu, 17 Mei 2014

Selalu begini...

Ini ni.. kejadian yang selalu berulang...kejadian yang kadang ga penting dilihat orang...pemilihan tempat makan... yang namanya waktu makan siang seringnya bingungbmau makan dimana... padahal pilihannya itu2 terus yang diputar2... hehe... sampai-sampai pake "hompimpa" segala menentukan tempat makannya...

nah... kali ini.. kita makan siang di Pogung Dalangan.. dengan menu utama nya "parende"...
 sebenernya.. sampe sekarang saya juga ga tau apa itu parende.. bahasa apa itu...? Yang jelas di mata saya itu sup ikan... hehe.. dan masakannya enak tenan... bisa di atur level pedasnya... dan tentunya pilih level optimum... huaaaa... hehe...


 nah... itu tu yg disebut "parende"... hayoo di tempat kamu apa namanya...? Munhkin bahasa nasionalnya sup ikan kali yak... hehe..

Ok dah.. selamat makan siang smua...  ^_^










EPIDEMIOLOGI

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EPIDEMIK

Rachmad Saputra

Program Studi S2 Fitopatologi
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada


PENDAHULUAN
Faktor lingkungan secara telah dianggap memiliki peranan besar pada perkembangan penyakit. Bahkan jika inang rentan dan patogen yang virulen hadir di sebuah wilayah tertentu, situasi umum ketika petani tidak memiliki pilihan selain untuk menanam inang tertentu, penyakit yang serius tidak akan terjadi kecuali lingkungan sesuai dengan perkembangannya. Ini mencakup baik lingkungan udara dan tanah (edafis). Langkah-langkah pengendalian penyakit  dengan teknik budidaya dan kimia biasanya melibatkan beberapa manipulasi lingkungan untuk membuatnya kurang menguntungkan bagi perkembangan penyakit (Keane and Kerr, 2014).

FILSAFAT ILMU DAN PENELITIAN

ILMU TERAPAN DAN ILMU DASAR,
MANAKAH YANG LEBIH PENTING DALAM PERLINDUNGAN TANAMAN?

Oleh.
RACHMAD SAPUTRA 

Program Studi Fitopatologi, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada


Perlindungan tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga tanaman yang dibudidayakan. Menjaga yang dimaksud adalah dari organisme pengganggu tanaman agar terhindar dari kehilangan hasil. Di dalam perlindungan tanaman tersebut, akan banyak aspek yang menjadi penentunya, diantaranya yakni jenis komoditi yang ditanam, jenis organisme pengganggu tanamannya serta tindakan pencegahan maupun  pengendaliannya dalam upaya melindungi tanaman.

MID TEST Filsafat Ilmu dan Penelitian

      Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan tugas mengenai Filsafat Ilmu dan Penelitian yang merupakan salah satu tugas untuk MID Test di Smester 2 ini. membaca soal-soal nya, saya jadi teringat kembali pengalaman dalam menulis artikel ilmiah ketika masih di S1 dulu,, hehe,, terutama di soal nomor 3,, semoga menjadi pelajaran bersama bagi kita mengenai etika ilmiah... ^_^
       Singkat cerita, ini ni soal-soal nya dan pendapat saya mengenai soal tersebut :